PSU Digelar, KPU Sumenep Dinilai Terburuk Sepanjang Sejarah Pilkada
Trending
Pola hidup merupakan gambaran bagi setiap orang apalagi santriwan dan santriwati yang menjalankannya dari seberapa besar nilai moral terhadap orang, guru, dan masyarakat yang ada disekitarnya untuk mengetahui ajaran moral dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagian besar santriwan dan santriwati di zaman sekarang menyalahgunakan dalam nilai moral gaya hidupnya. Mereka lebih mengikuti tren dimasa kini, seperti dalam berpenampilan dalam gaya berpakaian, hal ini selalu dikaitkan dengan zaman yang sesuai teknologi di era modern.
Padahal dalam islam sudah dijelaskan dalam tata cara berpakaian sesuai dengan nilai moral. Kita tau trend model berpakaian yang ada diluar negri menyimpang moral. Sedangkan berpakaian yang ada di Indonesia itu terkenal dengan kesopanan dan budi luhurnya.
Dalam hal ini Ketika kita menanggapi dengan negatif maka akan berdampak negatif juga untuk penerus anak didik bangsa. Untuk itu, di zaman yang serba ada atau modern ini, mari kita sebagai santri penerus bangsa Indonesia harus memajukan bangsa Indonesia terutama dalam budaya islam. Karna negara Indonesia yang terkenal akan menganut islam sebanyak didunia. Hindari hal-hal yang berdampak negatif, hindari pergaulan bebas, santriwan dan santriwati harus mampu membuat fikiran yang cerdas dan selalu mendekatkan diri pada yang maha kuasa.
Dalam nilai-nilai moral pondok pesantren. Harus diketahui bahwa sopan santun dapat di pahami dalam dua poin yang sangat penting, pertama, Ta’dzim terhadap Guru dan orang tua. Kedua, masyarakat sekitar dan orang lain.
Di pondok pesantren ada istilah peraturan-peraturan, seperti kedisiplinan sekaligus peraturan yang terus berjalan bersinergi selama 24 jam. Dalam Hal ini tidak lepas dari pimpinan pengasuh yang dimana ujung tombak untuk menjadikan pondok pesantren yang memiliki ciri dan khas masing-masing dalam mendidik para santriwan santriwati. Dalam keseharian di pondok pesantren ini tidak lepas dari kegiatan dan aktivitas yang telah ditanamkan pada setiap penghuninya, mulai dari kegiatan shalat berjamaah, tadarus Al Qur’an, hafidz Qur’an, pengajian kitab kuning, pembelajaran bahasa Arab dan bahasa inggris hingga pengenalan teknologi, serta ekstrakurikuler seperti Pramuka, kaligrafi, kesenian dan lain sebagainya.
Pondok pesantren di zaman sekarang sangat berbeda dari zaman-zaman terdahulu, yang mana dengan adanya gesekan-gesekan teknologi sehingga kebanyakan santriwan dan santriwati bisa mengetahui cara kegiatan sesuai dengan era Modern seperti saat ini. Dan bisa mengedepankan syariat Islam seperti Al Qur’an dan hadis dan ilmu Islam melalui beberapa hal, di antaranya: 1. Berakhlak mulia 2. Berbadan Sehat 3. Berilmu luas 4. Memahami Ahlussunah Wal Jama’ah. Keadaan pondok pesantren sesuai yang diterapkan pada kehidupan saat ini, dengan menyeimbangkan keduanya dan tetap mengedepankan ilmu keagamaan. Serta bisa mengetahui cara keikhlasan, kesederhanaan dan Ukhuwah islamiyah.
Pesantren jika kita betul-betul paham dan mengamalkan semuanya, maka terasa bahwa Al Ma’hadu Laa Yanamu Abadan (Pondok Tidak Akan Tidur Selamanya). Dengan imajinasi ini bahwasanya pondok pesantren tidak akan berhenti aktivitasnya selagi generasi secara terus menerus untuk berkelanjutan.
Adapun prinsip dasar pendidikan pondok pesantren seperti halnya: ikhlas, giat, tawakkal, sabar dan Istiqomah. Strategi seperti ini sangat berat untuk menghadapi. Namun, harus dijalankan dengan semuanya. Dari berkat pendidikan, kesabaran, keuletan dan doa barokahnya para guru. Bisa mendidik hingga bisa bertahan sampai saat ini dengan menggores catatan dalam kehidupan sehari-hari.
Seiring perkembangan zaman pondok pesantren di era modern saling mengacu terhadap adanya teknologi untuk mengetahui hal-hal keimanan terhadap santriwan dan santriwati dalam forum kajian dan ilmu pengetahuan seperti adanya kajian tafsir Al-Qur’an, belajar tilawah, menghafalkan ayat-ayat, mendakwahkan ilmu terhadap orang lain. Hal ini merupakan bekal utama yang harus dimiliki dari beberapa santriwan dan santriwati yang ada di pondok pesantren.
Oleh : Ayu seftiana hasbullah