Mengenal Sosok Arif Firmanto, Kepala Bappeda Inspiratif dan Inovatif di Pulau Madura
Trending
” Jatuh bangunnya bangsa ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Semakin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta” – Mohammad Hatta.
Indonesia merupakan negara Kesatuan yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Setiap pulau atau daerah memiliki keunikan tersendiri. Baik dari segi bahasa, ras, budaya, kesenian, ataupun adat istiadat. Indonesia juga memiliki beragam suku, di mana suku tersebut menganut agama dan aliran yang berbeda-beda. Sehingga menjadikan Indonesia sebagai bangsa besar, plural dan multi-kultural.
Perbedaan yang begitu beragam menjadi salah satu perhatian besar para pahlawan pada masa perjuangan. Sehingga, untuk merespon kemajemukan tersebut diproklamasikanlah kemerdekaan Indonesia atas nama NKRI. Dengan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan mampu merajut keberagaman menjadi satu kesatuan yang utuh. Yang mana pijakan dalam menyongsong persatuan berlandas tumpu pada Pancasila sebagai salah satu asas negara paling fundamental.
Kini tugas pahlawan pun telah selesai. Secara mutlak merawat persatuan dan keutuhan NKRI kini telah berada di pundak seluruh bangsa Indonesia, terutama para generasi muda. Mengapa ditekankan pada young generation? karena kaula muda merupakan bagian dari aset bangsa. Sehingga sudah selayaknya para generasi hari ini melanjutkan estafet perjuangan dan kepemimpinan para pahlawan, dengan mengawal rute berbangsa dan bernegara tanpa menindas pihak mana pun.
Mengenal Keteladanan Pahlawan dalam Tragedi 10 November 1945
Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Hal ini menjadi sebuah alarm bagi seluruh bangsa Indonesia tentang pengorbanan dan perjuangan para pahlawan dalam mewujudkan Indonesia merdeka dan berdaulat.
Peringatan 10 November sebagai Hari Pahlawan sesuai dengan keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang bukan hari libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Keputusan ini dibuat untuk mengenang jasa para Pahlawan dan tragedi 10 November.
Sebagaimana dilansir dari pedoman hari Pahlawan Nasional, pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran di Surabaya. Yang mana pertempuran ini merupakan perang besar antara Indonesia dan Pasukan Sekutu.
Sebelum memasuki tragedi 10 November, Petinggi Negeri Ir. Soekarno telah melakukan perundingan dengan menghasilkan sebuah kesepakatan. Namun, meskipun gencatan senjata antara Indonesia dan Sekutu telah ditandatangani pada tanggal 29 Oktober 1945, pertempuran masih terus terjadi. Hingga pada akhirnya bentrokan tersebut memuncak pada tanggal 30 Oktober dengan menewaskan Jenderal Mallaby (Pimpinan Tentara Inggris di Jawa Timur).
Tewasnya Jenderal Mallaby cukup membuat pihak Inggris marah. Sehingga Mayor Jenderal Robert Mansergh sebagai pengganti Jenderal Mallaby, mengeluarkan Ultimatum kepada rakyat Indonesia, pada tanggal 9 November 1945. Ultimatum tersebut berisikan Instruksi agar semua pemimpin Indonesia dan pemuda melapor serta menandatangani dokumen tanda menyerah tanpa syarat. Batas waktu penyerahan adalah tanggal 10 November 1945. Namun, karena tuntutan Inggris tak dipenuhi oleh rakyat Surabaya, pertempuran 10 November pun tak terhindarkan. Perlawanan rakyat dan Arek-arek Surabaya pun pecah di medan pertempuran. Ribuan korban berjatuhan dengan sangat memilukan. Sehingga Tragedi ini kemudian dikenal dengan peristiwa 10 November 1945.
Dari sejarah tersebut dapat kita simpulkan, bahwa ada beberapa keteladanan pahlawan yang dapat menjadi sebuah pelajaran besar bagi seluruh generasi bangsa. Yakni meliputi semangat Nasionalisme dan patriotisme, Persatuan dan kesatuan, kebersamaan serta tanggung jawab, cinta tanah air, serta rela berkorban tanpa pamrih.
Refleksi Keteladanan Pahlawan: Strategi Generasi Rawat NKRI dari Segala Ancaman
“Mencintai Indonesia tidak selalu harus dengan mengikuti upacara, tapi cobalah dari hal yang paling kecil. Mencintai akan perbedaan di antara kita. Mencintai bahwa Indonesia ini indah karena keberagamannya. Tak perlu saling menjatuhkan, jangan pernah ada sekat antara kita. Karena, kita adalah Indonesia” – Suci Kurnia Putri.
Berdasarkan latar belakang terbentuknya Indonesia, dapat disimpulkan bahwa NKRI merupakan suatu bentuk negara yang terdiri atas wilayah yang cukup luas. Cakupannya meliputi Sabang sampai Merauke, dan Miangas sampai pulau Rote. Di dalamnya tersebar berbagai macam keragaman dengan berlandas tumpu pada tujuan dasar, yakni menjadi bangsa merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Berpedoman pada tujuan dasar tersebut, tanggung jawab bangsa tentunya sangatlah besar. Khususnya generasi muda sebagai aset bangsa yang menyandang predikat Agent Of Change dan Social Control. Dengan penuh kesadaran kaula muda harus bisa menjaga keutuhan NKRI. Apalagi di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks. Seperti munculnya radikalisme, terorisme, egosentrisme, intoleransi beragama, kesenjangan sosial dan ekonomi, etnosentrisme, ideologi saparatisme, masuknya budaya asing dan sebagainya.
Munculnya berbagai tantangan NKRI tentu tak dapat dianggap enteng. Pemuda harus mengambil peran strategis untuk mengatasi segala ancaman yang berpotensi besar dapat merongrong nilai-nilai persatuan.
Dengan merefleksi keteladanan pahlawan tentunya menjadi strategi generasi muda untuk dapat membangkitkan spirit perjuangan. Karena dengan mengambil spirit heroik pada 10 November 1945 secara sadar memori kolektif kita akan mengingat setiap perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Sehingga kita sebagai generasi akan lebih terdorong untuk menjawab segala tantangan yang dapat merusak NKRI.
Dengan berpedoman pada keteladanan pahlawan, stigma pemuda “bobrok” akan ter patahkan. Karena, para generasi dapat membuktikan dengan kiprah nyata yang memberikan dampak positif pada kehidupan berbangsa ataupun bernegara. Salah satunya, membangun lingkungan positif yang mencerminkan nilai-nilai persatuan dalam kebinekaan, sehingga krisis perpecahan karena maraknya ancaman itu tak lagi menjadi persoalan krusial NKRI.
Oleh: Mauzun
Anggota Forum Ketiga Network