Terobosan Baru, BPP Manding Ajak Petani Membuat Pupuk Organik Biosaka

SUMENEP, terasindo.co.id – Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Manding, Sumenep, melakukan praktek pembuatan biosaka, di Kelompok Tani (Poktan) Kerabat, Desa Manding Laok, Kecamatan Manding, Jumat, (13/012023).

Petugas Penyuluh Pertanian Kecamatan Manding, yang akrab di sapa Ipung mengatakan, pembuatan pupuk organik ini bertujuan untuk membuat terobosan atau inovasi konkret untuk menekan penggunaan pupuk kimia terhadap tanaman.

Pembuatan biosaka Poktan Kerabat tersebut merupakan kali kedua setelah beberapa waktu sebelumnya berhasil diaplikasikan pada tanaman milik salah seorang petani setempat.

“Praktik pembuatan biosaka ini menggunakan tanaman yang sehat, artinya tidak terserang hama dan penyakit, tidak tercemar oleh limbah dan tidak dipupuk oleh pemupukan kimia. Jadi steril dari hal-hal yang berbau kimia” ucap Ipung.

Lebih lanjut Ipung mengungkapkan bahwa bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan pupuk organik biosaka adalah dengan menggunakan minimal lima jenis tanaman berbeda dan kelipatan angka ganjil. Paktek yang dilakukan dengan cara baru ini dinilai dapat menunjukkan keunggulan dan menyempurnakan cara lama.

“Yang digunakan itu minimal lima jenis tanaman berbeda dan wajib kelipatan ganjil, misalnya tujuh, sembilan, sebelas dan seterusnya. Kemudian proses pembuatannya diambil pada bagian daun atau sebagian batangnya yang bisa diremas,” ungkap Ipung.

Sebelum proses pembuatan dilakukan bersama dengan petani, tim Penyuluh Pertanian Kecamatan Manding menyiapkan air sebanyak 3 liter dan bahan yang sudah dikumpulkan dijadikan satu genggam lalu dimasukkan ke dalam air yang sudah disiapkan dan diperas secara satu arah selama 20 hingga 30 menit.

“Biosaka ini bisa diaplikasikan terhadap semua jenis tanaman. Syaratnya adalah campuran tadi wajib homogen, jadi warnanya hijau pekat. Kalau pengaplikasiannya dalam satu tangki itu hanya sekitar 40-50 ml. Kalau yang tadi kita buat itu jumlahnya mencapai 12 liter atau bahan yang digunakan itu sebanyak 4 genggam dan kita nyoba ke tanaman padi” terangnya.

Berdasarkan pengalaman salah satu petani setempat Zaini, seperti yang dikatakan lebih lanjut oleh Ipung, bahwa manfaat yang dirasakan pada saat menggunakan pupuk organik biosaka mampu menekan penggunaan pupuk kimia hingga mencapai 50 persen yang digunakan pada tanaman jenis jagung.

“Dan salah satu manfaat yang dirasakan karena sebelumnya sudah berhasil diaplikasikan pada tanaman jagung, maka pembuatan biosaka kali ini dinilai lebih efisien, sehingga biaya yang dikeluarkan terhadap pembelian pupuk kimia bisa lebih irit. Harapannya hasil produksi tani bisa lebih meningkatkan,” pungkas Ipung.

Selain bersama dengan beberapa petani, praktek pembuatan biosaka juga melibatkan sebanyak lima orang siswa SMK program keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH). Kelimanya merupakan siswa SMKS Siding Puri, Kecamatan Lenteng, Sumenep, yang sedang mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL). (sul)