Peluncuran Buku ‘Anak Desa Menulis’ Dorong Peningkatan Literasi di Kecamatan Rubaru
Trending
terasindo.co.id – Permasalahan yang banyak di hadapi oleh generasi muda kepulauan adalah kurang nya pendidikan, dari banyaknya kepulaun yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Sumenep, sangat sedikit yang bisa menempuh pendidikan, jangankan sampai ke universitas untuk sekolah Menengah Atas (SMA) saja sudah sangat jarang, hal ini disebabkan oleh mindset masyarakat kepulauan yang masih awam, mereka menganggap bahwa pendidikan itu tidaklah begitu penting, apalagi bagi anak perempuan yang identik pada tiga hal, yaitu: dapur, sumur dan kasur. Inilah pemikiran para masyarakat kepulauan yang masih terkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran yang lampau dan upaya untuk merubah-nya pun sangat sulit.
Mayoritas masyarakat kepulauan selalu bercermin dari kegagalan-kegagalan yang di alami oleh orang lain saat menempuh pendidikan. no, di sinilah mindset masyarakat tersebut semakin kuat, mereka mengira bahwa orang yang bersekolah itu akan sama saja dengan orang yang tidak bersekolah, toh orang yang tidak sekolah juga bisa kaya, jadi untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya sama saja.
Kemudian hal inilah yang sangat berpengaruh bagi para pelajar, karena semangat sebagian anak itu sebagian besar berasal dari orang tuanya, ketika orang tua dari pelajar sebagai masyarakat kepulauan tersebut berpikiran sebagaimana yang telah menjadi karakter masyarakat itu maka rasa ingin belajar, rasa ingin menjadi seorang mahasiswa ini juga melemah, apalagi seorang pelajar perempuan yang selalu di Takut takuti dengan dunia bebas yang ada di kota, membuat semangat mereka menjadi down, masyarakat kepulauan hanya memikirkan prosesnya yang begitu sulit, tanpa memikirkan bagaimana hasil yang di dapat di dunia pendidikan dengan hal-hal seperti inilah yang membuat para orang tua juga lebih memilih anaknya Menikah muda dari pada bersekolah, karena maraknya berita kekerasan seksual, maraknya isu isu pelecehan terhadap perempuan membuat para orang tua menjadi semakin posesif kepada anaknya .
Pada era globalisasi yang sekarang ini masih banyak sekali kita melihat para pemuda pemudi yang masih dalam usia pelajar sudah mempunyai keluarga kecil, banyak juga yang sudah menjadi single perent, padahal jika mereka masih menempuh dan melanjutkan pendidikan pasti terlihat lebih lucu dan masih terlihat rapi, tidak banyak beban pikiran hanya mengemban tugas pada ruang lingkup pendidikan. Hal inilah yang sebenarnya dampak dari pemikiran-pemikiran masyarakat yang masih minim yang beranggapan bahwa apabila sudah bisa membaca itu sudah cukup, tanpa perlu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Di kepulauan banyak sekali saya lihat anak-anak yang di bawah umur sudah melakukan pekerjaan orang dewasa, agar mendapat uang, ada yang bekerja sebagai nelayan, kuli, ada juga yang hanya mondar mandir sebagai pengangguran dengan gaya dan budaya yang amat mengerikan, belum lagi pengaruh lingkungan yang sudah terbiasa dengan minuman keras, lingkungan yang tidak peduli dengan pendidikan, lingkungan yang bebas ini semakin merusak generasi muda kepulauan, tetapi mengapa mindset para masyarakat kepulauan masih tetap kuat, dan hanya sebagian kecil dari masyarakat tersebut yang berfikir tentang bagaimana pentingnya pendidikan untuk menjamin masadepan yang cerah bagi anak nya. Jadi, permasalahan mindset yang ada pada masyarakat kepulauan seperti ini harus segera di pudarkan karena generasi muda kepulauan juga butuh pendidikan untuk ikut serta membangun daerahnya menjadi lebih maju dan berkembang. Maka sebagai orang yang memeiliki pendidikan lebih tinggi, mahasiswa kepulauan harus bisa membuktikan bahwa pendidikan itu sangatlah penting dan harus di prioritaskan supaya bisa mengubah mindset orang tua yang memandang pendidikan sebelah mata. Karena pada sejatinya yang dibutuhkan masyarakat hanyalah bukti bukan hanya teori-teori dan wacana.
Penulis : Fitriani
Mahasiswi STKIP PGRI Sumenep