Tokoh Bangsa Kumpul di Rumah Gus Mus, Sampaikan Keprihatinan terhadap Demokrasi di Indonesia

JAKARTA – Sebanyak 19 tokoh-tokoh bangsa berkumpul di kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus pada Ahad (12/11/2023). Pertemuan ini menjadi forum untuk menyampaikan keprihatinan mereka terhadap kondisi demokrasi di Indonesia yang dinilai mengalami tantangan signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Usai pertemuan, sastrawan terkemuka, Goenawan Mohamad, menjelaskan bahwa pertemuan tersebut merupakan wadah untuk saling berbagi rasa. Para tokoh bangsa tersebut berusaha saling menularkan semangat agar kepercayaan terhadap sesama kembali tumbuh di seluruh bangsa dan negara.

”Zaman sekarang ini, kepercayaan kepada sesama sangat tipis. Pertama, banyak kebohongan yang diucapkan oleh presiden dan orang-orang lainnya,” ungkap Goenawan pada Ahad (12/11/2023).

Keprihatinan yang disampaikan para tokoh tersebut mencakup dua aspek utama. Pertama, adanya kekhawatiran terhadap prevalensi kebohongan di panggung politik. Kedua, mereka merasa prihatin karena kesetiaan, suara, dan kedudukan dianggap dapat dibeli, sehingga nilai keikhlasan mengalami erosi yang signifikan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Goenawan menekankan bahaya yang mungkin timbul jika rakyat kehilangan rasa saling percaya. Para tokoh tersebut berharap masyarakat dapat lebih waspada dan menjaga kepercayaan di kalangan mereka.

“Sehingga, bangsa ini bisa menempuh perjalanan yang lebih lama, terutama menjelang pemilu dan pilpres yang menurut saya makin mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar, bahkan dirusak,” tambah Goenawan.

Selain Goenawan Mohamad, beberapa tokoh bangsa terkemuka juga turut serta dalam pertemuan ini, seperti Prof Amin Abdullah, Pendeta Andreas Anangguru Yewangoe, Romo Benny, Clara Juwono, Erry Riyana Hardjapamekas, Pendeta Gomar Gultom, Frans Magnis Suseno, Karlina Supelli, Lukman Hakim Saifuddin, Natalia Soebagjo, Henny Supolo, Prof Nasaruddin Umar, Mayling Oey Gardiner, Omi Komaria Madjid, Prof Riris Sarumpaet, Bhante Sri Pannavaro Mahathera, Prof Rhenald Kasali, Sinta Nuriyah Wahid, dan Prof Sulistyowati Irianto. Keberagaman tokoh ini mencerminkan keseriusan dalam menghadapi tantangan demokrasi di tanah air. (red)