Baju LSM Profesi Tukang Palak

Oleh Fauzi As

Catatan ini menjadi gula pelengkap pahitnya tulisan Sulaisi Abdurrazaq.

SUMENEP, terasindo.co.id Munculnya pemberitaan tentang saya yang dikendalikan dari rumah H.safiudin alias H. Piu memang membuat sebagian teman-teman saya menjadi kaget.

Meski saya sudah memonitor bahwa proaktifnya H. Piu datang ketempat saya seolah ingin menjadi pahlawan dan penengah antara saya dan sunanto. Tapi tipu muslihat dan kata-katanya seperti suara nyamuk dalam WC Jaman dulu.

H. Piu menggandeng wartawan setengah LSM untuk berkomentar miring dalam WA group ADV. Ia bernama Mas Day sayangnya seluruh komentar yang dia hapus sudah di SS oleh para Pewarta Mami Muda.

Salah satu komentar Mas Day yang membuat saya agak sedikit tergelitik “Duh Soro Abangun Enga’ Kraton Beddianna Ollena Tepo“. Entah setan apa yang merasuki Mas Day ini, fitnah dan kebenciannya membuat saya harus menahan tawa ditengah kejengkelan teman-teman mami muda.

Gusarnya pasukan mami muda ini memaksa saya membongkar data dan memberikan potongan video berdurasi 3 detik dari 20 menit video asli dan rekaman komunikasi lewat telepon permintaan uang 150 juta.

Adeknya yang berinisial WH, sebagai pelapor beberapa toko emas yang diduga menjadi objek pemalakan secara sadis pada tahun 2020 silam. Data-data ini seolah menjadi Bom yang meledak dan serpihannya kemana-mana.

Saya hanya menyampaikan ke pewarta mami muda, kita jangan sampai memfitnah dan menyerang kehormatan orang lain. Tapi jika kita yang diserang dan di fitnah “Jangan pernah mundur sebab kata mundur hanya untuk pecundang yang lupa waktu berjuang“.

Mas Day ini ibarat melihat orang lain dari atas ketinggian gunung, orang yang di bawah terlihat kecil, padahal justru orang dibawah melihatnya lebih kecil, saya menjadi ingat nasehat orang tua saya nak, jika kamu menendang orang maka sadarilah bahwa kau akan berdiri dengan satu kaki.

Dalam beberapa data yang saya miliki, baik video, rekaman percakapan telepon ada beberapa Perampok berbaju LSM di Sumenep ini yang kerjaannya merampok pengusaha tambak, dengan angka ratusan juta. Pedagang emas ratusan juta, Polindes, dan beberapa lahan basah lain, termasuk pelatihan Fiktif DD dan Bumdesa yang angkanya juga ratusan juta.

Maaf mungkin Mas Day ini sedang memaksa saya untu membongkar siapa saja perompak yang sebenarnya. Sebab, intensitas pertemuan Mas Day dengan H. Piu ini terus dibuntuti oleh teman-teman pewarta mami muda.

Entah sedang merencanakan apa, tetapi saya sudah mendapat beberapa data dan informasi yang siap diledakkan kapan saja, meski saya sudah memaafkan oknum wartawan dan H. Piu, termasuk perusahaan media Istrinya, tetapi banyaknya aspirasi dari sahabat dan rekan, bahwa ini harus tetap ditindaklanjuti dengan proses hukum, karena sunanto melalui kuasa hukumnya dalam jawaban surat somasi, bahwa sunanto tidak pernah menjadi narasumber dari media manapun.

Sulaisi dengan istilah satire menyindir
Tindakan Safiuddin cenderung “Menjijikkan“. Sekali meludah, tiga dunia sekaligus bisa bau amis: dunia peradilan, dunia LSM dan dunia Pers.

Tetapi bagi saya tindakan H. Piu ini melebihi kesaktian seorang penyihir, karena ia mampu membuat wartawan gagal nalar, hingga mereka harus meminta maaf, mencabut dan mengedit judul berita yang dengan sadar dibuatnya sendiri.

Piu juga piawai menggerakkan oknum-oknum Wartawan setengah LSM untuk berkomentar negatif sesuai rencana dan keinginan yang mulia Safiudin, tentu kepiawaian Safiudin ini layak untuk kita kasih hadiah meski hanya sekedar kado yang berisi roti Prank.

Saya sudah berjanji saat diskusi interaktif yang digelar di kedai HK, bahwa “saya tidak akan pernah takut dan tidak akan pernah mundur, jejak H.piu ada ditempat saya” tentu dengan jejaknya di masa lalu, semua proses akan saya hadapi dengan cara-cara yang bermartabat dan laki-laki. tetapi tindakan H. Piu yg menabuh genderang perang akan saya sambut dengan Tarian muang sangkal dalam episode selanjutnya.

Catatan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

—–Lembar Pertama—–
Sumenep, 03 – 12 – 2022.