Workshop Dinkes P2KB Kab. Sumenep Melalui P2P tentang Teknik Pengambilan dan Pengiriman Sampel Viral load Serta EID bagi Penderita HIV/AIDS

UMENEP – Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Sumenep melalui bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) menggelar workshop tentang teknik pengambilan dan pengiriman sampel viral load serta Early Infant Diagnosis (EID) bagi penderita HIV/AIDS.

Workshop yang berlangsung selama dua hari, pada 4-5 Februari 2025, ini diselenggarakan di Debaghraf Hotel dan diikuti oleh perwakilan 30 puskesmas se-Kabupaten Sumenep, meliputi dokter, petugas laboratorium, serta penanggung jawab program HIV/AIDS. Selain itu, turut serta tenaga medis dari RSUD dr. H. Moh. Anwar, RSI Garam Kalianget, RS Sumekar, dan Klinik Esto Ebu.

Kepala Dinas Kesehatan P2KB Sumenep, drg. Ellya Fardasah, melalui Kepala Bidang P2P, H. Syamsuri, menyampaikan bahwa workshop ini bertujuan meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam menangani sampel pasien HIV/AIDS.

“Kegiatan ini memberikan wawasan lebih luas kepada petugas kesehatan mengenai tata cara pengambilan dan pengiriman sampel viral load dan EID ke Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) Surabaya,” ujar H. Syamsuri, Kamis (6/2).

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya aspek keamanan dalam proses pengambilan sampel untuk melindungi petugas kesehatan dari risiko paparan.

“Kami menghadirkan narasumber dari Provinsi Jawa Timur, yang menekankan teknik pengambilan dan pengemasan sampel yang aman sebelum dikirim ke Surabaya,” tambahnya.

Dalam workshop tersebut, narasumber juga menggarisbawahi target global Three Zeroes dalam penanganan HIV/AIDS, yaitu zero new infection (tidak ada infeksi baru), zero AIDS-related death (tidak ada kematian akibat AIDS), dan zero discrimination (tidak ada diskriminasi terhadap ODHA). Target ini diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030.

Saat ini, berdasarkan data Dinkes P2KB Sumenep, terdapat 87 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Sumenep pada tahun 2024. Syamsuri menjelaskan bahwa faktor utama penyebaran HIV/AIDS di daerah tersebut masih didominasi oleh pergaulan bebas serta kontak dengan darah penderita yang terinfeksi.

“HIV bisa diobati secara rutin, tetapi jika sudah berkembang menjadi AIDS, pengobatannya menjadi lebih sulit. Sindromnya bisa menyebabkan diare berkepanjangan, batuk kronis, demam terus-menerus, dan hilangnya nafsu makan,” jelasnya.

Sebagai langkah pencegahan, Dinkes P2KB Sumenep terus melakukan sosialisasi lintas program, termasuk di lingkungan pendidikan tingkat SMP dan SMA, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya HIV/AIDS.

“Edukasi dan sosialisasi sangat penting agar masyarakat memahami bagaimana HIV/AIDS menyebar serta cara pencegahannya, sekaligus mengurangi stigma terhadap penderita,” pungkasnya.

Yuk Share

Berita Lainnya