Jawa Timur: Basis Nahdlatul Ulama dan Kepemimpinan Perempuan

Surabaya, Rabu 11 September 2024 • Terasindo – Jawa Timur (Jatim) dikenal sebagai basis Nahdlatul Ulama (NU) sehingga tidak mengherankan jika banyak calon dari NU yang muncul dalam kontestasi politik. Selain itu, banyak calon perempuan yang menonjol di Jatim karena NU mendukung kesetaraan gender. Meskipun Ketua PBNU tidak dapat dijabat oleh perempuan, hal ini menunjukkan bahwa pemimpin perempuan bukan lantas tidak dapat diterima dalam Islam.

Indonesia memiliki tradisi pemimpin perempuan, seperti sultana-sultana dan pemimpin perempuan di era Majapahit. Oleh karena itu, isu perempuan tidak boleh memimpin seharusnya sudah selesai.

Di Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini, dan Luluk Nur Hamidah telah menunjukkan kinerja yang baik dalam pemerintahan. Ketiganya bukan berasal dari dinasti politik, yang menunjukkan bahwa perempuan bisa memimpin jika diberi kesempatan. Kinerja mereka yang baik menunjukkan bahwa tidak ada calon laki-laki yang kuat untuk Pilgub saat ini.

Foto : Tiga calon Gubernur Jawa Timur, Luluk Nurhamidah, Khofifah Indarparawansa, Tri Rismaharini. 

Menanggapi ketiga calon gubernur Jawa Timur itu, pengamat politik yang juga akademisi Universitas 17 Agustus Surabaya, Dia Puspitasari, S.Sosio., M.Si. menilai bahwa kontestasi pilkada Jawa Timur kali ini sangat baik dan mewakili entitas perempuan yang juga dapat menjadi pemimpin selagi mampu, bahkan ia menyebut komposisi calong gubernur Jawa Timur yang semuanya perempuan menjadi gaya kepemimpinan yang pro kesejahteraan menjadi alternatif yang patut dipertimbangkan, pasalnya perempuan dapat dianggap tidak kalah aspiratif dan keibuan.

“Contohnya adalah Tri Rismaharini yang luar biasa dalam pekerjaannya di bidang lingkungan dan anak-anak, seperti rumah singgah untuk anak jalanan dan penanganan demantik,” ucap Dia pada media Terasindo (Rabu, 11/09/2024).

“Pembangunan pro kesejahteraan atau politik pro kesejahteraan juga ditunjukkan oleh Luluk Nur Hamidah yang getol membela isu-isu kesejahteraan tanpa bermain di elit. Ketiga tokoh ini menunjukkan alternatif politik yang pro kesejahteraan dan lingkungan, terutama Luluk,” imbuhnya.

Lebih lanjut, meskipun Eks Ketua DPP GMNI itu mengaku belum mengenal Khofifah Indar Parawansa, akan tetapi ia menilai politik pro kesejahteraan dengan kepemimpinan feminim ala khofifah menjadi standar baru di Indonesia, yang dibarometeri oleh Jawa Timur.

Jawa Timur patut bangga karena mampu melahirkan 3 Srikandi terbaiknya dalam kontestasi politik pada tingkatan provinsi, apalagi ketiganya menjadi role model baru bahwasanya perempuan bisa memimpin.

“Mudah-mudahan ketiganya menunjukkan pertarungan yang berintegritas dan tidak politik uang karena itu membodohi rakyat,” pungkas Dia Puspitasari.

(Red/R).

 

Yuk Share

Berita Lainnya